MODEL
PENGEMBANGAN PROFESIGURU MELALUI
PROFESSIONAL
LEARNING COMMUNITY
DI SEKOLAH
MENENGAH
Professional Learning Community (PLC) merupakan proses
akuisisi pengetahuan yang dilaksanakan melalui proses
inquiry secara kolaboratif dalam memecahkan masalah yang bersumber dari
pekerjaannya yang indikasinya dapat ditelusuri dari kebutuhan belajar guru yang
bersumber kepentingan proses belajar mengajar, pengalaman belajar guru
dilaksanakan secara kolaboratif, dan hasilnya tampak dalam kapasitas guru dalam
pekerjaannya
Permasalahan kritikal dalam pengembangam PLC adalah
memastikan PLC dilaksanakan secara berkelanjutan. Dari berbagai hasil
penelitian dikemukakan bahwa faktor penting dalam mengembangkan PLC adalah
orientasi perilaku kepemimpinan, iklim dan sistem pendukung organisasi.
Berdasarkan
permasalahan tersebut PLC merupakan suatu budaya sekolah
hanya akan tumbuh apabila ada faktor-faktor kunci yang mendukungnya.
Karena itu masalah pada penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana tipologi pengembangan profesi guru
dilaksanakan pada tataran sekolah, kecamatan, kabupaten/kota dan pemerintah
pusat ?
a.
Tipologi pengembangan profesi ditinjau dari pengalaman
belajar dalam pengembangan profesi guru
b.
Tipologi pengembangan profesi ditinjau dari hasil
belajar dalam pengembangan profesi guru
c.
Tipologi pengembangan profesi ditinjau dari kebutuhan
belajar
2.
Dalam kondisi bagaimana, PLC merupakan pengembangan
profesi guru berkelanjutan ?
a.
Bagaimana orientasi kepemimpinan yang diperlukan dalam
mengembangkan PLC?
b.
Bagaimana iklim sekolah yang diperlukan dalam
mengembangkan PLC ?
c.
Bagaimana sistem pendukung (system support) yang
diperlukan dalam mengembangkan PLC.
Pada metode penelitian
Disain penelitian kualitatif merupakan
roadmap yang fleksibel tentang
bagaiman atahapan penelitian dilakukan.MargueriteG.Lodico,DeanT.Spaulding, and
KatherineH.Voegtle(2005,hlm.265) mengatakan “…use scientific methods to answer
their research questions,although the steps they take are much more flexible
and fluid than those in quantitative research”.
Plomp
dan Nieveen ed.(2007) mengemukakan bahwa penelitian disain adalah studi
sistematik dari perancangan, pengembangan dan evaluasi intervensi (seperti program,
strategi dan materi pembelajaran, produk
dan sistem) sebagai solusi problem yang komplek dalam praktik pendidikan yang
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
mengenai karakteristik intervensi dan proses perancangan dan pengembangannya
(hlm. 11). Dengan demikian penelitiaan disain
identik dengan penelitian dan pengembangan.
Disain riset pengembangan profesi guru
melalui PLC terdiri dari tiga tahapan
pokok yaitu
(1) preliminary research: analisis kondisi
dan kebutuhan pengembangan pengetahuan praktik instruksional, dukungan
lapangan, kajian literatur dan pengembangan konsep atau kerangka teoritik
studi;
(2) pengembangan prototype: tahap
pengembangan prototype sebagai evaluasi
formatif yang bertujuan untuk memperbaiki model;
(3) evaluasi: yaitu tahapan evaluasi sumatif
mengenai kecocokan solusi atau model dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
Penelitian pengembangan
profesional guru melalui PLC mengikuti tahapan
pokok yang dikembangkan oleh Borg & Gall (1983. hlm. 772-775) sebagai berikut:
Tahap Penelitian Pendahuluan.
Tahapan ini menganalisis konteks dan kebutuhan pengembangan pengetahuan praktik
profesional, termasuk dalam tahap ini adalah studi literatur yang berkaitan
dengan permasalahan yang dikaji. Pada tahap awal dilakukan kegiatan :
(1) survey kondisi lapangan peningkatan
pengetahuan praktik profesional saat ini pada satauan pendidikan;
(2) survey
kebutuhan sekolah terhadap pengembangan pengetahuan praktik profesional
guru.
Tahap Pengembangan (Perancangan). Tahap perancangan ini
bertujuan mendeskripsikan kondisi awal dan kebutuhan refleksi pengetahuan
praktek profesional guru sebagai dasar untuk mengembangkan model PLC. Pada
tahap ini disusun model konseptual, model operasional dan perangkat model melalui kombinasi dari cara
deduktif maupun induktif. Secara
deduktif pengembangan mengacu pada state
of the art pengembangan profesi guru. Sedangkan secara induktif, model
dikembangkan berdasarkan temuan hasil
studi kondisi awal dan kebutuhan pengembanangan profesi guru secara
empirik. Tahap ini dilaksanakan pada
tahun kesatu penelitian Hibah Bersaing.
Tahap Uji Validasi (Evaluasi). Pada tahap ini model
dikembangkan dievaluasi dengan divalidasi oleh orang yang ahli di bidang
pengembangan profesi guru. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan
model. Langkah berikutnya adalah mengadakan revisi apabila pada kegiatan
evaluasi.
Pengembangan Profesi Guru Pada Tataran Sekolah
Guru dalam setiap semester mendapatkan pelatihan pada
tingkat sekolat dalam bentuk fasilitasi oleh:
Kepala Sekolah
Dalam satu semester 1 atau 2 kali pertemuan membahas materi
yang terkait dengan standar proses sedangkan bentuk fasilitasi in-house training
(45%) dan rapat pembinaan dan pertemuan individual ( 14%
dan 14%). Fasilitasi oleh kepala sekolah sekolah masih dibutuhkan 38% dan sangat memenuhi kebutuhan 58%. Mereka
berharap kepala sekolah melakukan fasilitasi, dalam arti memfasilitasi praktek yang telah dilaksanakan oleh
guru agar lebih berkembang dengan baik
Pengawas Sekolah
Dalam satu semester 2 kali pertemuan membahas materi yang
terkait dengan standar proses sedangkan bentuk fasilitasi adalah pemeriksaan
dokumen terkait tugas pokok guru. Fasilitasi oleh pengawas sekolah masih
dibutuhkan 76%% tetapi sekitar 21% tidak memenuhi kebutuhan. Mereka berharap
pengawas melakukan faslitasi praktek
yang telah dilaksanakan oleh guru agar lebih berkembang dengan baik
Yang Perlu Diperhatikan Pegembangan Profesi Guru
Berbasis Sekolah
Berdasarkan data kuesioner terbuka, hal-hal yang perlu
diperhatikan apabila pengembangan profesi dilaksanakan di sekolah sebagai
berikut:
(1) sarana dan prasarana;
(2) sumber daya manusia terdiri dari pakar yang kompeten;
(3) waktu seperti perlu adanya IHT yang berkelanjutan,
tidak mengganggu KBM, dan waktu yang
cukup memadai;
(4) materi terkait
dengan standar penilaian, dan penggembangan profesi dan karir guru sesuai
dengan kebutuhn metodologi, dan penilaian;
(5) Peranan MGMP/MGBK mulai dari wilayah sampai kota
sehingga terjalin komunikasi yang intensif untuk meningkatkan pengembangan
profesi guru.
Refleksi Pengembangan Profesi Guru Berbasis
Sekolah
Hasil refleksi
gurumengenai pengembangan profesi guru pada tingkat sekolah dapat
dianalisis berdasarkan kategori, sebagai berikut:
Analisis kategori iklim yang dibutuhkan
(1) bersifat refleksi,
(2) memfasilitasi, dan
(3) kolaboratif.
Analisis kategori kepemimpinan yang dibutuhkan kepemimpinan kolaboratif, fasilitatis dan
kolegial.
Sistem pendukung terdiri dari
(1) dukungan waktu dan tempat;
(2) dukungan sumber daya manusia; dan
(3) dukungan sarana dan prasarana.
Kebutuhan Pengembangan Profesi Guru berbasis
Sekolah
Paling tidak terdapat 3 (tiga) rasional kebutuhan pengembangan profesi guru berbasis
sekolah yaitu:
(1) karena sekolah yang lebih tahu tentang kompetensi guru
yang mengajar di sekolah;
(2) kegiatan lebih efektif dan mudah mengontrol kehadiran
serta kegiatan;
(3) Jarak dan waktu terjangkau.
Sekolah secara keseluruhan
menjadi unit penting untuk mendorong pertumbuhan profesional. Guru akan
lebih termotivasi untuk mencoba pendekatan baru dalam mengajar ketika semua
orang di sekolah bekerja sama sehingga sekolah merupakan lingkungan
nyaman bagi guru mengamati guru lainnya di kelas dan saling
memberi saran dalam mengenai pengajaran. Untuk menjadikan sekolah sebagai unit
penting pengembangan profesi guru, Clive Beck dan Clare Kosnik (2014)
mengemukakan peran penting kepala sekolah, sebagai berikut:
•
Kepala sekolah harus mengambil sikap tegas untuk
memulai mengembangkan pembaharuan berbasis sekolah dengan menjaga keseimbangan antara kebutuhan
kepala sekolah sebagai pemimpin dan guru sebagai pengajar dengan cara kepala sekolah berkeja bersama guru (hlm.161)
•
Kepala sekolah menumbuhkembangkan kepemimpinan
guru dalam memfasilitasi pengembangan profesinya (hlm.161).
Kepala sekolah fokus pada hal-hal penting
yang dirumuskan dalam visi. Visi
tersebut disempurnakan dan diklarifikasi secara terus menerus oleh warga
sekolah sehingga mereka memahaminya (hlm. 162)
•
Kepala sekolah menciptakan peluang untuk guru
untuk bekerja bersama, membuat pengajaran lebih menyenangkan, dan guru saling
belajar dari satu sama lain. Kegiatan pengembangan profesi berbasis sekolah
termasuk saling mengobservasi kelas
diantara guru, guru memimpin lokakarya dan guru melaporkan yang telah
mereka alami dalam pengembangan profesinya (hlm.162)
•
Kepala sekolah, sepanjang memungkinkan, mengembangkan komunitas pembelajar di sekolah (hlm.162).
Model Pengembangan Profesi Guru Melalui PLC
Berdasarkan data dan pembahasan di atas, maka model Pengembangan Profesi Guru melalui PLC
merupakaan gambaran pergeseran model pengembangan profesi guru
bersifat direktif, stuktural dan kelompok fomal ke arah lebih kolaboratif,
simbolik dan kelompon informal.
Elemen kunci PLC adalah kepemimpinan yang ditopang oleh
iklim dan sistem pendukung organosasional dapat dilaborasi dari tiga model:
Model Direktif ke Kolaboratif, yaitu
Kepemimpinan direktif merupakan model kepemimpinan dominan,
transaksional direktif yang menuju ke
arah yang lebih fasilitatif. Model Struktural Ke Simbolik, yaitu kepemimpinan
kepala sekolah yang mengundang
partisipasi guruguru dalam berbagi visi, fokus pada pengembangan sumber daya
manusia ke arah pembentukan nilainilai berbagi pada PLC
Model Kelompok Formal ke Informal,
yaitu pemberdayaan atau penugasan kelompok formal melalui panitia adhoc atau
berdasarkan fungsi formal (misalnya, wakil kepala sekolah) ke arah
pembentukan keterlibatan sukarela dan spontan dalam PLC. Tiga opsi model tersebut akan dikembangkan secara empirik
pada satu sekolah sehingga menghasilkan model konseptual yang sesuai dengan state of the art PLC, model operasional
sebagai panduan teknis bagi kepala sekolah beserta perangkat untuk
mengoprasikannya
1.
Model Direktif ke Kolaboratif
Model Pengembangan profesi guru berbasis sekolah Tipe I
(direktif ke kobaloratif bercirikan:(1)
dari proses transmisi pengetahuan atau informasi bergerak ke proses praktik
refleksi; (2) penyediaan opini dari para ahli bergerak ke guru mencari sendiri;
(3) dari pengendalian bergerak ke berbagi tanggung jawab; (4) dari berpusat
pada kontent beralih ke arah proses. Peran antara kepala sekolah dengan guru
bersifat kolegial, relasi kekuasaan didasarkan pada keahlian yang direkognisi
oleh kelompok di sekolah tersebut, bukan pada jabatan, atau senioritas.
Hubungan kepala
2.
Model Struktural Ke Simbolik
Model pengembangan profesi berbasis
sekolah Tipe II (dari struktural ke simbolik) bercirikan
(1) bahwa kegiatan wajib beralih ke
sukarela;
(2) dari resmi ke kegiatan spontan;
(3) dari kegiatan didaktik ke
partisifatif.
Kepala sekolah dalam model ini menggunakan berbagi visi dengan guru-guru
mengenai pengembangan profesi guru, menginvestasikan sumber daya untuk
pengembangan SDM sekolah dan hubungan lebih mengutamakan negoisasi dan
kompromi. Model ini lebih berorientasi pada kepemimpinan kepala sekolah dalam
pengembangan profesi guru.
3. Model Kelompok Formal ke Informal
Model
pengebangan profesi guru berbasis sekolah Tipe III (kelomfok formal ke
Informal). Ciri dari model ini adalah berawal dari pengembangan profesi yang
dilaksanakan secara formal di sekolah mengarah pada yang bernuansa informal,
dan hubungan dikembangkan bersifat kolegial. Pengembangan kegiatan profesi Tipe
III ini lebih banyak mendayagunakan bentuk kelompok adhoc dan sukareka serta
spontan. Model ini lebih berorientasi pada pemeliharaan kelompok produktif
sebagai wadah pengembangan profesi guru di sekolah.