Kamis, 05 Desember 2019

Model Pengembangan Profesi Guru


MODEL PENGEMBANGAN PROFESIGURU MELALUI
PROFESSIONAL LEARNING COMMUNITY
DI SEKOLAH MENENGAH

Professional Learning Community (PLC) merupakan proses akuisisi pengetahuan yang dilaksanakan melalui proses inquiry secara kolaboratif dalam memecahkan masalah yang bersumber dari pekerjaannya yang indikasinya dapat ditelusuri dari kebutuhan belajar guru yang bersumber kepentingan proses belajar mengajar, pengalaman belajar guru dilaksanakan secara kolaboratif, dan hasilnya tampak dalam kapasitas guru dalam pekerjaannya

Permasalahan kritikal dalam pengembangam PLC adalah memastikan PLC dilaksanakan secara berkelanjutan. Dari berbagai hasil penelitian dikemukakan bahwa faktor penting dalam mengembangkan PLC adalah orientasi perilaku kepemimpinan, iklim dan sistem pendukung organisasi.

Berdasarkan  permasalahan tersebut PLC merupakan suatu budaya  sekolah   hanya akan tumbuh apabila ada faktor-faktor kunci yang mendukungnya. Karena itu masalah pada penelitian ini  adalah:
1.      Bagaimana tipologi pengembangan profesi guru dilaksanakan pada tataran sekolah, kecamatan, kabupaten/kota dan pemerintah pusat ?
a.       Tipologi pengembangan profesi ditinjau dari pengalaman belajar dalam pengembangan profesi guru
b.      Tipologi pengembangan profesi ditinjau dari hasil belajar dalam pengembangan profesi guru
c.       Tipologi pengembangan profesi ditinjau dari kebutuhan belajar

2.      Dalam kondisi bagaimana, PLC merupakan pengembangan profesi guru berkelanjutan ?
a.       Bagaimana orientasi kepemimpinan yang diperlukan dalam mengembangkan PLC?
b.      Bagaimana iklim sekolah yang diperlukan dalam mengembangkan PLC ?
c.       Bagaimana sistem pendukung (system support) yang diperlukan dalam mengembangkan PLC.

Pada metode penelitian
Disain penelitian kualitatif merupakan roadmap yang fleksibel tentang bagaiman atahapan penelitian dilakukan.MargueriteG.Lodico,DeanT.Spaulding, and KatherineH.Voegtle(2005,hlm.265) mengatakan “…use scientific methods to answer their research questions,although the steps they take are much more flexible and fluid than those in quantitative research”.
Plomp dan Nieveen ed.(2007) mengemukakan bahwa penelitian disain adalah studi sistematik dari perancangan, pengembangan dan evaluasi intervensi (seperti program, strategi dan materi  pembelajaran, produk dan sistem) sebagai solusi problem yang komplek dalam praktik pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan             pemahaman mengenai karakteristik intervensi dan proses perancangan dan pengembangannya (hlm. 11). Dengan demikian penelitiaan disain  identik dengan penelitian dan pengembangan.

Disain riset pengembangan profesi guru melalui PLC  terdiri dari tiga tahapan pokok yaitu
(1) preliminary research: analisis kondisi dan kebutuhan pengembangan pengetahuan praktik instruksional, dukungan lapangan, kajian literatur dan pengembangan konsep atau kerangka teoritik studi;
(2) pengembangan prototype: tahap pengembangan prototype  sebagai evaluasi formatif yang bertujuan untuk memperbaiki model;
(3) evaluasi: yaitu tahapan evaluasi sumatif mengenai kecocokan solusi atau model dengan spesifikasi yang telah ditetapkan

Penelitian pengembangan profesional guru melalui PLC mengikuti tahapan  pokok yang dikembangkan oleh Borg & Gall  (1983. hlm. 772-775)  sebagai berikut:
Tahap Penelitian Pendahuluan. Tahapan ini menganalisis konteks dan kebutuhan pengembangan pengetahuan praktik profesional, termasuk dalam tahap ini adalah studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Pada tahap awal  dilakukan kegiatan :
(1) survey kondisi lapangan peningkatan pengetahuan praktik profesional saat ini pada satauan pendidikan;
(2) survey  kebutuhan sekolah terhadap pengembangan pengetahuan praktik profesional guru.

Tahap Pengembangan (Perancangan). Tahap perancangan ini bertujuan mendeskripsikan kondisi awal dan kebutuhan refleksi pengetahuan praktek profesional guru sebagai dasar untuk mengembangkan model PLC. Pada tahap ini disusun model konseptual, model operasional dan  perangkat model melalui kombinasi dari cara deduktif  maupun induktif. Secara deduktif pengembangan mengacu pada state of the art pengembangan profesi guru. Sedangkan secara induktif, model dikembangkan  berdasarkan temuan hasil studi kondisi awal dan kebutuhan pengembanangan profesi guru secara empirik.  Tahap ini dilaksanakan pada tahun kesatu penelitian Hibah Bersaing.

Tahap Uji Validasi (Evaluasi). Pada tahap ini model dikembangkan dievaluasi dengan divalidasi oleh orang yang ahli di bidang pengembangan profesi guru. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan model. Langkah berikutnya adalah mengadakan revisi apabila pada kegiatan evaluasi.

Pengembangan Profesi Guru Pada Tataran  Sekolah

Guru dalam setiap semester mendapatkan pelatihan pada tingkat sekolat dalam bentuk fasilitasi oleh: 

Kepala Sekolah
Dalam satu semester 1 atau 2 kali pertemuan membahas materi yang terkait dengan standar proses sedangkan bentuk fasilitasi in-house training
(45%) dan rapat pembinaan dan pertemuan individual ( 14% dan 14%). Fasilitasi oleh kepala sekolah sekolah masih dibutuhkan 38%   dan sangat memenuhi kebutuhan 58%. Mereka berharap kepala sekolah melakukan fasilitasi, dalam arti memfasilitasi  praktek yang telah dilaksanakan oleh
guru agar lebih berkembang dengan baik

Pengawas Sekolah
Dalam satu semester 2 kali pertemuan membahas materi yang terkait dengan standar proses sedangkan bentuk fasilitasi adalah pemeriksaan dokumen terkait tugas pokok guru. Fasilitasi oleh pengawas sekolah masih dibutuhkan 76%% tetapi sekitar 21% tidak memenuhi kebutuhan. Mereka berharap pengawas melakukan faslitasi  praktek yang telah dilaksanakan oleh guru agar lebih berkembang dengan baik

Yang Perlu Diperhatikan Pegembangan Profesi Guru Berbasis Sekolah


Berdasarkan data kuesioner terbuka, hal-hal yang perlu diperhatikan apabila pengembangan profesi dilaksanakan di sekolah sebagai berikut:
(1) sarana dan prasarana;
(2) sumber daya manusia terdiri dari pakar yang kompeten;
(3) waktu seperti perlu adanya IHT yang berkelanjutan, tidak mengganggu KBM,  dan waktu yang cukup memadai;
(4)   materi terkait dengan standar penilaian, dan penggembangan profesi dan karir guru sesuai dengan kebutuhn metodologi, dan penilaian; 
(5) Peranan MGMP/MGBK mulai dari wilayah sampai kota sehingga terjalin komunikasi yang intensif untuk meningkatkan pengembangan profesi guru.

Refleksi Pengembangan Profesi Guru Berbasis Sekolah

Hasil refleksi  gurumengenai pengembangan profesi guru pada tingkat sekolah dapat dianalisis berdasarkan kategori, sebagai berikut: 

Analisis kategori iklim yang dibutuhkan
(1) bersifat refleksi,
(2) memfasilitasi, dan
(3) kolaboratif.

Analisis kategori kepemimpinan yang dibutuhkan  kepemimpinan kolaboratif, fasilitatis dan kolegial.
Sistem pendukung terdiri dari
(1) dukungan waktu dan tempat;
(2) dukungan sumber daya manusia; dan
(3) dukungan sarana dan prasarana.

Kebutuhan Pengembangan Profesi Guru berbasis Sekolah

Paling tidak terdapat 3 (tiga) rasional  kebutuhan pengembangan profesi guru berbasis sekolah yaitu:
(1) karena sekolah yang lebih tahu tentang kompetensi guru yang mengajar di sekolah;
(2) kegiatan lebih efektif dan mudah mengontrol kehadiran serta kegiatan;
(3) Jarak dan waktu terjangkau. 

Sekolah secara keseluruhan  menjadi unit penting untuk mendorong pertumbuhan profesional. Guru akan lebih termotivasi untuk mencoba pendekatan baru dalam mengajar ketika semua orang di sekolah bekerja sama sehingga sekolah merupakan lingkungan 
nyaman bagi guru mengamati guru lainnya di kelas dan saling memberi saran dalam mengenai pengajaran. Untuk menjadikan sekolah sebagai unit penting pengembangan profesi guru, Clive Beck dan Clare Kosnik (2014) mengemukakan peran penting kepala sekolah, sebagai berikut:
       Kepala sekolah harus mengambil sikap tegas untuk memulai mengembangkan pembaharuan berbasis sekolah  dengan menjaga keseimbangan antara kebutuhan kepala sekolah sebagai pemimpin dan guru sebagai pengajar dengan cara  kepala sekolah berkeja  bersama guru (hlm.161)
       Kepala sekolah menumbuhkembangkan kepemimpinan guru dalam memfasilitasi pengembangan profesinya (hlm.161).
Kepala sekolah fokus pada hal-hal penting yang dirumuskan  dalam visi. Visi tersebut disempurnakan dan diklarifikasi secara terus menerus oleh warga sekolah sehingga mereka memahaminya (hlm. 162)
       Kepala sekolah menciptakan peluang untuk guru untuk bekerja bersama, membuat pengajaran lebih menyenangkan, dan guru saling belajar dari satu sama lain. Kegiatan pengembangan profesi berbasis sekolah termasuk saling mengobservasi kelas  diantara guru, guru memimpin lokakarya dan guru melaporkan yang telah mereka alami dalam pengembangan profesinya (hlm.162)
       Kepala sekolah, sepanjang memungkinkan,  mengembangkan komunitas pembelajar  di sekolah (hlm.162).

Model Pengembangan Profesi Guru Melalui PLC

Berdasarkan data dan pembahasan di atas, maka  model Pengembangan Profesi Guru melalui PLC merupakaan   gambaran  pergeseran model pengembangan profesi guru bersifat direktif, stuktural dan kelompok fomal ke arah lebih kolaboratif, simbolik dan kelompon informal.

Elemen kunci PLC adalah kepemimpinan yang ditopang oleh iklim dan sistem pendukung organosasional dapat dilaborasi dari tiga model:
Model Direktif ke Kolaboratif,  yaitu  Kepemimpinan direktif merupakan model kepemimpinan dominan, transaksional direktif  yang menuju ke arah yang lebih fasilitatif. Model Struktural Ke Simbolik, yaitu kepemimpinan kepala sekolah yang  mengundang partisipasi guruguru dalam berbagi visi, fokus pada pengembangan sumber daya manusia ke arah pembentukan nilainilai berbagi pada PLC
Model Kelompok Formal ke Informal, yaitu pemberdayaan atau penugasan kelompok formal melalui panitia adhoc atau berdasarkan fungsi formal (misalnya, wakil kepala sekolah)  ke arah  pembentukan keterlibatan sukarela dan spontan dalam PLC. Tiga opsi model tersebut akan dikembangkan secara empirik pada satu sekolah sehingga menghasilkan model konseptual yang sesuai dengan state of the art PLC, model operasional sebagai panduan teknis bagi kepala sekolah beserta perangkat untuk mengoprasikannya

1.      Model Direktif ke Kolaboratif

Model Pengembangan profesi guru berbasis sekolah Tipe I (direktif ke kobaloratif   bercirikan:(1) dari proses transmisi pengetahuan atau informasi bergerak ke proses praktik refleksi; (2) penyediaan opini dari para ahli bergerak ke guru mencari sendiri; (3) dari pengendalian bergerak ke berbagi tanggung jawab; (4) dari berpusat pada kontent beralih ke arah proses. Peran antara kepala sekolah dengan guru bersifat kolegial, relasi kekuasaan didasarkan pada keahlian yang direkognisi oleh kelompok di sekolah tersebut, bukan pada jabatan, atau senioritas. Hubungan kepala

2.      Model Struktural Ke Simbolik

Model pengembangan profesi berbasis sekolah Tipe II (dari struktural ke simbolik) bercirikan
(1) bahwa kegiatan wajib beralih ke sukarela;
(2) dari resmi ke kegiatan spontan;
(3) dari kegiatan didaktik ke partisifatif.
Kepala sekolah dalam model ini  menggunakan berbagi visi dengan guru-guru mengenai pengembangan profesi guru, menginvestasikan sumber daya untuk pengembangan SDM sekolah dan hubungan lebih mengutamakan negoisasi dan kompromi. Model ini lebih berorientasi pada kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan profesi guru. 
3.      Model Kelompok Formal ke Informal 
 Model pengebangan profesi guru berbasis sekolah Tipe III (kelomfok formal ke Informal). Ciri dari model ini adalah berawal dari pengembangan profesi yang dilaksanakan secara formal di sekolah mengarah pada yang bernuansa informal, dan hubungan dikembangkan bersifat kolegial. Pengembangan kegiatan profesi Tipe III ini lebih banyak mendayagunakan bentuk kelompok adhoc dan sukareka serta spontan. Model ini lebih berorientasi pada pemeliharaan kelompok produktif sebagai wadah  pengembangan profesi guru di sekolah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas animasi

Tugas membuat Animasi Saya membuat animasi yaitu pesawat terbang. Langkah pertama: Untuk membuat badan pesawat, yang diawali bentuk ...